Jumat, 19 Juni 2009

USAHA BUDIDAYA TOMAT CHERRY SECARA HIDROPONIK SEDERHANA

A. Pendahuluan

Zaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang ingin menekuninya. Salah satunya adalah bertanam secara hidroponik. Hidroponik sendiri adalah suatu cara bertanam tanpa media tanah.

Tomat sudah lama dikenal dan dan dikonsumsi masyarakat Indonesia baik oleh masyarakat kelas menengah atas maupun menengah ke bawah. Konsumen tomat dapat dibedakan menjadi konsumen rumah tangga, konsumen lembaga (restoran, hotel, dan rumah sakit), dan konsumen industri, namun demikian sampai saat ini konsumen rumah tangga dapat dikatakan sebagai konsumen paling besar.

Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang. Bahkan tak sekedar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis. Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Sebut saja tomat cherry, timun mini, paprika, dan sayuran hijau.

Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Ambil saja salah satu contoh, bertanam tomat cherry secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami tomat cherry sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan.

Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim. Meski bertanam hidroponik membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan bertanam biasa, namun harga jual produk yang mahal dengan pangsa pasar khusus merupakan daya tarik khusus bagi pebisnisnya.

Dalam budidaya tomat cherry secara hidroponik harus memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu :

1. Aspek Lingkungan

Usaha budidaya tomat cherry secara hidroponik ini direncanakan di daerah Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, karena daerah Tawangmangu memenuhi sebagian besar persyaratan tumbuh tanaman sayuran (tomat cherry) sehingga dalam budidayanya agar dapat tumbuh dengan baik tidak lagi diperlukan banyak modifikasi iklim mikro (kecuali pembuatan rumah kaca).

Tanaman tomat cherry secara umum dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara optimum adalah 16-25o C, maksimal pada 30o C. Curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman ini antara 600-1.250 mm/tahun. Hujan yang terlalu banyak menyebabkan buah rontok. Tanaman tomat cherry sangat responsif terhadap air, keperluan air tomat cherry dewasa adalah 0,5 liter/hari. Kelembaban udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sekitar 80-90 %.

Jenis tanah yang baik adalah tanah lempung berpasir.
Tanaman ini akan tumbuh subur pada tanah ringan yang subur, mengandung humus, tidak tergenang. Keasaman tanah (pH) sekitar 5,5-6,5 merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini. Sehingga tanaman tomat cherry memang sangat cocok dibudidayaka secara hidroponik, karena dalam sistem budidaya secara hidroponik syarat tumbuh lebih dapat diatur dan disesuaikan dari pada ditanam di kebun. Untuk tomat cherry yang ditanam di kebun dibutuhkan kelerengan lahan 0-10 derajat.

Tomat cherry ditanam di dataran menengah-tinggi berkisar antara 700-1.500 m dpl. Walaupun dapat tumbuh sampai 2.000 m dpl. tanaman ini tidak tahan terhadap embun beku (frost). Penanaman di dataran rendah dapat dilakukan dengan sistem rumah kaca yang terkontrol atau dengan naungan plastik untuk menghindari teriknya sinar matahari yang berlebihan.

2. Aspek Produksi

Dalam suatu usaha agrobis terjadinya sebuah kompetisi atau persaingan adalah hal yang biasa. Justru dengan adanya kompetisi tersebut akan tercipta suasana perebutan pasar atau perebutan konsumen yang luar biasa. Sehingga akan meningkatkan kreativitas dan inovasi-inovasi oleh produsen-produsen agar produk-produknya mampu bersaing dalam proses memperebutkan pasar tersebut.

Tak terkecuali dalam budidaya tomat cherry, proses produksi yang baik sangat diperlukan untuk menghasilkan produk-produk tomat cherry yang bermutu tinggi yang diharapkan mampu menarik minat maupun daya beli konsumen yang terus meningkat. Salah satu usaha menigkatkan kualitas tomat cherry tersebut adalah dengan budidaya secara hidroponik.

Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam secara konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen.

Tomat cherry dapat dimakan segar sebagai pencampur salad atau dimasak sebagai bumbu atau bahan utama dalam suatu masakan. Penanaman tomat cherry dengan metode hidroponik memerlukan modal yang lebih besar, tetapi keuntungannya lebih besar daripada metode non hidroponik atau secara konvensional. Keuntungan yang lebih besar itu dapat disebabkan :

a. Produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik.

b. Lahan dapat ditanami tomat cherry sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman.

c. Kehilangan setelah panen lebih kecil.

Harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim. Harga yang tinggi disebabkan kualitas buah yang tetap dan memenuhi standard.

3. Aspek Pemasaran

Kebanyakan produk-produk hasil budidaya secara hidroponik (termasuk tomat cherry) di pasaran lebih mahal dari produk-produk pertanian secara konvensional. Tetapi tujuan pasarnya pun berbeda dari produk pertanian biasa. Harga yang dipatok untuk tanaman hasil teknologi hidroponik yang terbilang mahal, pada umumnya memang bisa ditemui di tempat perbelanjaan seperti supermarket dan hipermarket. Karena tujuan akhir pasarnya adalah konsumen dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas. Karena seperti kita ketahui bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia yang peduli dan mengutamakan kualitas produk-produk yang dikonsumsinya hanya yang tingkat kesejahteraannya menengah ke atas, sedangkan yang menengah ke bawah hanya berorientasi pada apa yang bisa dimakan, jarang atau bahkan tanpa memperdulikan kualitasnya.

Jadi tujuan pemasaran produk tomat cherry hidroponik ini semakin jelas, yaitu dipasarkan di tempat-tempat yang menjadi tujuan para konsumen-konsumen dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas, seperti supermarket, hipermarket, maupun minimarket. Bahkan, di mall-mall yang ”nota-bene” jarang dijajakan produk hortikultura, khususnya tomat cherry hidroponik.

Selama ini produk tomat cherry hidroponik yang dikenal masyarakat mungkin berasal dari dataran tinggi seperti daerah Malang Jawa Timur, tetapi dengan usaha tomat cherry hidroponik dari Tawangmangu ini nantinya akan menciptakan persaingan yang sehat bahkan diusahakan mampu menguasai pasar khususnya dimulai dari Jawa Tengah. Selanjutnya produk tomat cherry hidroponik ini diharapkan mampu menguasai pasar lokal Indonesia dan pada akhirnya nanti akan memulai ekspor.


B. Analisis Usaha

Perkiraan analisis budidaya tomat cherry secara hidroponik adalah sebagai berikut :

1. Biaya penyusutan

a. Sewa lahan Rp. 8.000.000,-/ha/tahun

Untuk luas 500 m2/musim tanam(1 tahun) Rp. 400.000,-

b. Rumah kaca sederhana: 400 m2

@ Rp. 50.000,-/m2 untuk 5 tahun.

Jadi untuk 1 tahun Rp. 4.000.000,-

c. Sprayer gendong Rp. 350.000,-

d. Tandon air 3000 liter 2 buah @ Rp 750.000;

Penyusutan ± 5 tahun (populasi 3000 pohon) Rp. 100.000,-

e. Mesin diesel (penyedot air) @ Rp 3.500.000

Penyusutan ± 5 tahun (populasi 3000 pohon) RP. 200.000,-

f. Hygrometer Rp. 125.000,-

g. Thermometer Rp. 125.000,-

h. Trey pembibitan 100 x Rp 6.000,- (susut 3 th) Rp. 200.000,-

Rp. 5.500.000,-

2. Biaya variabel tidak tetap

a. Bahan Bakar Minyak Rp. 500.000,-

b. Arang sekam Rp 2.500,- x 1000 pohon Rp. 2.500.000,-

c. Batu merah 1000 biji x Rp 100,- Rp. 100.000,-

d. Polibag untuk bibit 1.000 buah @ Rp.300,- Rp. 300.000,-

e. Pemakaian Listrik Rp. 2.000.000,-

f. Benih tomat cherry 1000 biji x Rp 300,- Rp. 300.000,-

g. Larutan Nutrisi Rp 4.000 x 1000 pohon Rp. 4.000.000,-

h. Benang lilit 10 roll x Rp 20.000 Rp. 200.000,-

i. Pupuk daun Rp. 1.000.000,-

j. Pestisida Rp. 1.000.000,-

k. Tenaga kerja pengawas Rp. 800.000,-/bulan Rp. 9.600.000,-

Biaya Produksi Rp. 27.000.000,-

3. Bunga Pinjaman 5 % dari total biaya produksi Rp. 1.500.000,-

4. Biaya tak terduga 5 % dari total biaya produksi Rp. 1.500.000,-

Total biaya produksi Rp. 30.000.000,-

5. Panen total/tahun

Setiap tanaman tomat cherry rata-rata mampu berproduksi sebanyak 4 kg, sehingga seluruh tanaman tomat cherry yang di budidayakan mampu menghasilkan sebanyak 4000 kg. Harga untuk tomat cherry yaitu Rp. 12000,-/kg.

6. Hasil produksi

1000 tanaman x 4 kg x Rp.12.000,- Rp. 48.000.000,-

7. Keuntungan

Hasil Produksi – Total Biaya Produksi

Rp. 48.000.000,00 – 30.000.000,00 Rp. 18.000.000,-

C. Analisis Kelayakan Usaha

  1. Return Of Invesment (ROI)

B/C ratio =

=

= 1,6

Nilai ROI sebesar 1,6 berarti setiap modal yang di investasi Rp.1,- pada usaha budidaya tomat cherry secara hidroponik ini akan mendapatkan kembalian Rp. 1,6.

  1. BEP (Break Even Poin)

· BEP Produksi =

=

= 2500

Usaha budidaya tomat cherry secara hidroponik akan impas pada produksi tomat cherry 2500 kg.

· BEP Harga =

=

= 7500

Usaha budidaya tomat cherry secara hidroponik akan impas jika harga jual tomat cherry Rp. 7.500,-

  1. Kelajuan Usaha Tani ( B/C ratio)

B/C ratio =

=

= 0,6

B/C ratio sebesar 0,6 berarti setiap modal yang di investasikan pada usaha budidaya tomat cherry secara hidroponik ini akan mendapatkan kembalian 0,6 kali lipat dari modal.

D. Kesimpulan

Menurut data tersebut dapat disimpulkan usaha ini layak diterapkan karena pada tahun ke-3 usaha ini sudah mampu berjalan sendiri tanpa mengandalkan pinjaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar